RSS

PENEMUAN DAN PERUBAHAN RADIKAL DI ZAMAN PRASEJARAH

Setiap perubahan sepertinya menantang manusia pada masa lalu untuk menemukan cara-cara baru agar bertahan hidup, kita pun masih melakukannya sampai sekarang dengan tujuan yang sama. Oleh karenanya, manusia terbukti menjadi salah satu spesies yang paling tangguh di planet ini. Meskipun kita kecil— jika dibandingkan dengan mammoth atau mamalia lainnya— tapi kita punya sesuatu yang besar; otak.
Penemuan dan perubahan radikal di zaman prasejarah mungkin baru sedikit yang bisa kita gali dan pelajari. Tapi yang paling mengesankan adalah, bahwa pada kenyataannya hal ini menunjukan manusia pada masa lalu yang kita sebut “purba” itu ternyata faktanya tidak melulu mengisi hari-harinya dengan berburu, mereka bisa menunjukan ciri untuk menjadi “manusia bijak” yang sesungguhnya.
Nenek moyang kita itu jelas berharap untuk sesuatu yang lebih dari sekedar “hidup” dan berusaha memahami tempatnya di dunia. Mereka sepertinya mencoba memahami tentang keberadaan; eksistensi.
Lukisan Cap Tangan
Di gua-gua Prasejarah kita dapat melihat tekad nenek moyang kita untuk meninggalkan catatan. Tidak persis seni dan juga bukan grafiti. Lukisan cetakan tangan yang sangat tua berasal dari 40.000 tahun yang lalu di Sulawesi, Indonesia. Cetakan serupa telah ditemukan di Afrika Selatan, Australia, Amerika Utara, Argentina dan Eropa.
Ada sesuatu yang begitu umum dari lukisan cap tangan. Ya, kita semua mungkin pernah membuatnya di sekolah dasar dan di seluruh dunia mungkin anak-anak masih melakukannya. Lukisan cap tangan adalah sesuatu yang sangat pribadi dan lebih emosional. Menggunakan mulut dan tangan – tidak ada yg lebih pribadi dari itu.
Lukisan cap tangan adalah contoh pertama dari apa yang kita sebut sejarah -pernyataan dari masa lalu- sebagai sebuah pernyataan universal untuk mengatakan “Kami (pernah) ada di sini”.
Jarum dari Tulang
“Jarum Jahit Prasejarah, 17.000-10.000 Tahun Yang Lalu”. Foto oleh Didier Descouens
“Jarum Jahit Prasejarah, 17.000-10.000 Tahun Yang Lalu”. Foto oleh Didier Descouens
Kesulitan biasanya memunculkan gagasan. Sekitar 20.000 tahun yang lalu, temperatur kembali sangat tidak bersahabat dan iklim merosot lebih jauh. Manusia pada masa itu dipaksa sekali lagi untuk beradaptasi atau mati, dan kali ini bagian yang sangat penting dari apa yang kita sebut teknologi —yang mungkin kita anggap sekarang rendah—membuat sebuah perbedaan dan dampak yang besar. Nenek moyang kita itu menemukan jarum jahit.
Manusia pada masa lalu memiliki panah, ya, dan tombak, tentu saja. Tapi jarum adalah penemuan besar, sebuah terobosan hidup-atau-mati. Sebuah jarum, terbuat dari tulang. Penemuan hebat sekitar 20.000 tahun yang lalu. Sangat mirip dengan jarum yang mungkin Anda miliki di rumah.
Apa yang mungkin dapat dilakukan sebuah jarum? Kita tidak lagi memakai pakaian dari tempelan kulit binatang, tapi pakaian yang benar-benar pas. Penemuan jarum akan membantu merevolusi kehidupan manusia. Mengenakan pakaian yang dijahit dalam lapisan, kita bisa meringkuk untuk melalui musim dingin di zaman es yang sangat keras. Kita bisa keluar dengan pakaian yang lebih hangat, fleksibel dan nyaman untuk melacak dan berburu binatang buruan.
Ilustrasi Jarum dan Kail dari tulang
Ilustrasi Jarum dan Kail dari tulang
Memancing denga Mata Kail
Memancing sebagai kegiatan untuk menangkap ikan di sungai telah dikenal oleh manusia sejak zaman prasejarah. Kurang lebih 10.000 tahun yang lalu, para peneliti menemukan bukti arkeologi di gua-gua tua di Eropa bahwa kegiatan penangkapan ikan telah berkembang ketika mereka mengetemukan mata kail dari tulang beserta tulang-belulang dari hewan air. Selain itu juga ditemukan lukisan aktivitas memancing di dalam goa-goa tersebut.
Teknik untuk menangkap ikan sepertinya sudah mulai beragam ketika memasuki periode neolitik (4.000 – 8.000 tahun lalu). Kegiatan ini kemudian berkembang hingga saat ini, pun dengan teknik dan alat yang sama, tetapi hanya dari segi bahannya saja yang berbeda. Mungkin dulu dari tulang, sekarang sudah menggunakan besi atau media lainnya. Pun dengan teknik pengolahan ikan, cara-cara yang sama masih dilakukan seperti teknik pengawetan ikan dengan memberi garam dan juga dengan teknik pengasapan.
Bercocok Tanam
Kurang lebih 16,000 tahun yang lalu, belahan bumi—berawal dari bagian utara—mulai kembali hangat, dan nyaman. Setelah puluhan ribu tahun hidup sebagai pemburu-pengumpul yang bersandar pada belas kasih alam, transformasi iklim yang terjadi membantu nenek moyang kita untuk melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang radikal.
Mereka menemukan sebuah fakta bahwa manusia bisa memakan 56 jenis rumput liar, dan 32 jenis diantaranya tumbuh di Asia, dibandingkan, misalnya, hanya empat di Amerika. Perubahan terbesar yang manusia pernah buat untuk planet ini —bahkan di usia ilmu pengetahuan kita yang sekarang, belum ada perubahan yang sebesar ini. Sesuatu yang telah merubah Bumi lebih dari yang lain— bermulai dari tepian sungai. Mereka mulai bercococok tanam.
Tidak secepat yang kita bayangkan, mungkin perlu ratusan tahun untuk merubah pola ini. Awalnya nenek moyang kita mungkin memakan tanaman liar, juga beberapa hewan yang dijinakan, dan mereka terus berjalan lebih jauh agar menemukan rumput dan hewan yang lebih enak untuk dimakan.
Tapi pada akhirnya, ya, akhirnya, kemalasan mungkin menjadi kekuatan dalam merubah sejarah manusia itu. Bahkan sampai sekarang, ada adagium kalau teknologi itu diciptakan oleh orang-orang malas. Jika kita tidak ingin pergi untuk menemukan makanan, berarti kita harus membuat makanan itu datang. Bisa kah nenek moyang kita melakukan itu?
Ini adalah penemuan anonim yang besar saat nenek moyang kita akhirnya cukup malas juga untuk terus berjalan. Mereka malas untuk menemukan hewan dan tanaman yang bisa dimakan, mereka akhirnya menetap. Sebuah terobosan yang penting dalam menggeser keseimbangan antara manusia dan seluruh alam.
Menanam benih ke tanah agar kita bisa menikmati hasilnya di kemudian hari sepertinya gagasan yang tidak perlu diperdebatkan lagi jika itu terjadi sekarang. Tapi 15.000 tahun yang lalu itu adalah sebuah pertaruhan yang aneh. Tinggal dan bercocok tanam adalah ide gila pada masa semua orang melakukan perburuan, menunggu sekian lama adalah hal yang absurd untuk dilakukan disaat mereka akan bisa menemukan makanan setiap hari.
Saat mereka sedang mempunyai kelimpahan makanan, mungkin ide untuk bercocok tanam bisa saja muncul, tapi bayangkan ketika makanan itu dalam keadaaan cukup untuk beberapa hari saja atau mereka justru sedang lapar dan makanan yang seharusnya untuk dimakan dengan keluarga atau kelompok itu, bukannya diolah menjadi makanan, justru disisihkan beberapa untuk ditanam kembali ke tanah. Dan tidak berhenti sampai di sana, kemudian mereka juga masih harus menunggu, harus yakin kalau apa yang mereka lakukan akan berhasil meskipun tidak tahu kapan. Mungkin setiap hari nenek moyang kita itu melihat adanya kemajuan, dan bahwa apa yang mereka lakukan tidak sia-sia. Tapi masalahnya mereka tidak mempunyai gambaran yang jelas kapan masa panen itu tiba.
Benih itu Tumbuh
Benih itu Tumbuh
Ini menunjukkan kemajuan dalam pemikiran manusia. Bercocok tanam adalah sebuah gambaran bahwa mereka telah berpikir ke depan, atau kita bisa menyebutnya perencanaan kalau tidak boleh nyemakannya dengan “bertaruh” karena sepertinya nenek moyang kita bertaruh pada keseimbangan manusia dan alam.
Cerita selanjutnya sudah bisa kita tebak, bahwa perlahan, manusia mulai tinggal dekat dengan tanah-tanah yang subur untuk berinvestasi kepada alam.
Harga yang Harus Dibayar
12.000 tahun yang lalu, gandum, beras, dan jagung telah menjadi menu pokok bagi manusia. Dan dengan memilih benih terbaik, kita juga telah mengubah bentuk tanaman. Biji lebih besar dan, pada akhirnya, lebih baik dari sebelumnya.
Pertanian adalah lompatan besar, namun ada harga yang harus kita bayar dari dampak kemajuan itu. Ketika orang-orang duduk untuk pertanian, kehidupan semakin sulit.
Para arkeolog memberitahu kita sesuatu hal yang mencengangkan, bahwa saat manusia beralih untuk bertani, fisik kita menjadi lebih kecil dan kita mati lebih muda dari pada saat kita menjadi pemburu-pengumpul. Peneliti lain menyatakan bahwa kerusakan gigi untuk pertama kalinya justru ditemukan saat manusia mulai menetap untuk bercocok tanam.
Jadi mengapa kita bertani ketika dunia masih penuh dengan makanan? Lebih penting lagi, mengapa manusia terus melanjutkan pertanian? Bagian dari alasannya adalah bahwa mereka telah terperangkap oleh ledakan populasi.
Setelah mereka hidup dengan lebih banyak makanan, jumlah anggota keluarga pun tumbuh sementara para pemburu harus membatasi jumlah anak-anak atau bahkan tidak sembarang anak yang akan tersisa, mereka yang kuat dan terpilih akan terus bertahan hidup dalam kelompok perburuan, karena lemah bukan hanya merugikan dirinya sendiri, tapi juga kelompok. Tetapi para petani tidak berpikir seperti itu.
Nenek moyang kita yang tengah hidup dengan lebih banyak makanan saat masa pertanian, menyebabkan angka dalam keluarga tumbuh tak terkontrol. Jumlah manusia mulai meningkat, dan orang-orang mulai bekerja sama untuk anggota keluarga saja, petani mulai menetap di kelompok yang lebih besar tapi dengan pembagian kerja yang hanya berlaku antar anggota keluarga.
Yang lebih mengerikan adalah penyakit. Tinggal dalam jarak dekat menciptakan kondisi sempurna untuk menyebarnya penyakit. Kerusakan gigi pun ditemukan pertama kalinya di masa itu. TB lalu ditularkan dari ternak ke manusia. Sebagian besar ancaman terburuk bagi kesehatan manusia – cacar, campak, flu – datang lebih dulu menyerang para petani kita ini.
Bercocok tanam dan tinggal menetap telah membawa bahaya baru, tapi perangkap telah ditutup. Tidak akan bisa keluar bagi yang sudah masuk karena bagaimana pun bahayanya, kehidupan bercocok tanam ini ternyata sangat nyaman.
Manusia yang benci perbedaan harus tinggal-berkelompok lalu membentuk perbedaan dengan jalinan keluarga dan kekerabatan. Mereka justru menciptakan sendiri musuhnya. Pemimpin kini lebih kompleks, ia pertama harus berasal dari keluarga yang memiliki banyak lahan pertanian, dan bisa jadi berasal dari sebuah keluarga besar. Pada kenyataannya, masalah yang lebih besar ternyata hadir dari perang kepentingan dan kekuasaan ini. Mengejutkan atau tidak, sejarah selanjutnya telah membuktikan bahwa atas nama kekuasaan, manusia ternyata bermasalah saat hidup bersama.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Devina Evina mengatakan...

Promo www.Fanspoker.com :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

Posting Komentar